BAB I
PEMBAHASAN
I. Teori Struktur Modal
1)Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan
adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh
terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2)Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom
menentang pandangan tradisional struktur modal. Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun
1960-an, kedua ekonom tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisis
mereka. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang
lebih tinggi dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai
tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak dari penggunaan hutang.
Teori MM tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu
teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan
beberapa asumsi: Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ
EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes). Investor
memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang. Saham
dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna Seluruh
aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak
terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT
selalu sama.
Teori struktur modal modern yang pertama
adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,
2001, p.31) yaitu:
a. Tidak terdapat agency cost.
b. Tidak ada pajak.
c. Investor dapat berhutang dengan
tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang
sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT)
tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g. Para investor adalah price-takers.
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset
dapat dijual pada harga pasar (market value).
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang
akan sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang sebagai berikut
ini.
VL =
VU
dimana :
VL = Nilai untuk perusahaan yang
menggunakan hutang (value for leveraged companies)
VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan
hutang (100%saham, atau value for unlevered companies
Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa
pajak, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat keuntungan dan risiko usaha (keputusan
investasi) yang akan mempengaruhi nilai perusahaan (bukannya keputusan
pendanaan).
Proposisi 2 mengatakan bahwa tingkat
keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan hutang, naik
proporsional terhadap peningkatan rasio hutang dengan saham.
ks
= ko + B / S (ko –
kb)
……… (2)
dimana:
ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan
tanpa hutang
B/S = rasio hutang dengan saham
kb = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk hutang
(tingkat
bunga)
Dengan menggunakan
hutang yang semakin banyak, perusahaan bisa menggunakan sumber modal yang lebih
murah yang semakin besar. Penggunaan sumber modal yang murah yang semakin
banyak akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (WACC)
tersebut, jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) konstan.
Tetapi dengan semakin meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk saham (ks) juga akan meningkat. Dua efek yang saling berlawan tersebut
menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai
perusahaan akan konstan.
Teori MM Dengan Pajak
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel
sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa
penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak
Bagan Pendekatan Roti menurut MM (dengan
Pajak)
Bagan 5.
Dibayarkan ke
Pemerintah
Terlihat bahwa roti
tersebut dibagi ke dalam tiga bagian: saham, hutang, dan pajak. Pajak
dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang
bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai
pengurang pajak.
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang
berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah
dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini
adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa
struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
VL
= VU + Tc B
EBIT (1 – Tc)
Tc . kb . B
= ------------------ +
----------------- ……… (3)
ko
kb
dimana
Tc
= tingkat pajak (perusahaan)
B
= besarnya hutang
ks
= tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
kb
= tingkat keuntungan hutang (tingkat bunga)
Ko
= tingkat
keuntungan yang disyaratkan untuk saham
perusahaan tanpa hutang
EBIT
= Earning Before Interest and Taxes (Pendapatan sebelum pajak dan
bunga)
Preposisi II: biaya
modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi
penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena
kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan
hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan
hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya
modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan
menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham
meningkat).
ks = ko + B / S
(1 – Tc) (ko – kb) ………
Formula tersebut
mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang semakin banyak akan
meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan hutang yang lebih banyak,
berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil
dibandingkan biaya modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata
tertimbang (meskibiaya modal sahamnya meningkat).
Teori MM tersebut
sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan
yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu
perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
Teori MM tanpa pajak
dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam
teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas
keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai
sebagai pengurang pajak
III. Pengaruh struktur modal
terhadap nilai perusahaan jika ada pajak dan biaya kebangkrutan
1) Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada
hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya
hutang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
signifikan. Penelitian di luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan bisa
mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :
1) Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan
untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya
lainnya yang sejenis.
2) Biaya tidak
langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain
atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal.
Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan
kemungkinan tidak terbayar.
Biaya lain dari
peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan hutang (agency cost of
debt). Jika hutang meningkat, maka konflik antara pemegang hutang dengan
pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang hutang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan semakin
meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa
dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat,
menambah jumlah akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat
bunga. Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas
bisa diperluas sebagai berikut ini.
VL = VU +
PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya Keagenan]
Dengan demikian
gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan memasukkan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya trade-off antara
penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori tersebut
kemudian dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static trade-off
capital structure theory. Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang
pasti yang bisa memberi petunjuk berapa tingkat hutang yang optimal.
2)Teori Pecking Order
Menurut Myers (1984), pecking order
theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya
tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order
theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.
Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart, Megginson, dan Gitman (2004,
p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan,
yaitu :
1) Perusahaan lebih
memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal
daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
2) Jika pendanaan
eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari
sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke
hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham
preferen, dan yang terakhir saham biasa.
3) Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan
jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya
perusahaan tersebut untung atau rugi.
4) Untuk mengantisipasi
kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan
fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan
akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory
tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan
urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang
yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order
theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Dalam
kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk
kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang
disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan
Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di negara
berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang dalam
membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih
dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.
3) Teori Asimetri Informasi dan
Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak
pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama
mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang
lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
v Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi
antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap
mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
v Signaling
Mengembangkan model dimana struktur
modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke
pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal
tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak sebagai
signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik.
4) Teori Keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal
disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik
antara pemegang saham dengan manager adalah konsep free-cash flow. Ada
kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai control atas
sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi
konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka
manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar
bunga.
5) Model Miller dengan Pajak Perusahaan
dan Personal
Modigliani dan Miller
mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan pajak. Nilai
perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa
pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa
dipakai untuk mengurangi pajak. Penghematan pajak tersebut bisa dihitung
sebagai berikut ini.
Penghematan
pajak = VL - VU = tc . B
Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan
pajak personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar pajak jika
mereka menerima dividen (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang
hutang). Menurut Miller, nilai perusahaan yang menggunakan hutang, setelah
memasukkan pajak personal adalah sebagai berikut ini.
(1 – Tc) (1 –
ts)
VL = VU + { 1 – [ ---------------------
] } B ……… (5)
(1 – tb)
dimana
VL =
Nilai perusahaan dengan hutang
VU = Nilai
perusahaan tanpa hutang
Tc
= tingkat pajak perusahaan
ts
= tingkat pajak pemegang saham (atas
dividen dan capital gain)
tb
= tingkat pajak untuk pemegang hutang (atas bunga)
B
= Hutang
Menurut model
tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya meminimalkan pajak
perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak
perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Melihat
persamaan di atas mempunyai beberapa implikasi. Jika (1 – tb) = (1 – Tc) (1 –
ts), maka persamaan di atas menjadi,
VL
= VU + (1 –
1) B
= VU
Dengan kata lain, pada
kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai perusahaan
tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang.
Pada situasi lain, dimana ts = tb,
persamaan di atas menjadi.
VL
=
VU + Tc . B
Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang sama dengan nilai perusahaan
tanpa hutang ditambah penghematan pajak karena bunga hutang. Persamaan tersebut
sama dengan argumen MM dengan pajak. Dua situasi di atas merupakan situasi
ekstrim. Pada situasi kebanyakan, nilai VL akan berada diantara nilai VU dan nilai
VU + Tc.B.
IV. Pengaruh biaya
kebangkrutan pada tingkat pengembalian modal sendiri
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan struktur modal
1) Stabilitas penjualan.
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh
lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualannnya tidak stabil.
2) Struktur aktiva.
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih
banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh
banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan
jaminan.
3) Leverage operasi. Jika
hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil
cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan
mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
4) Tingkat pertumbuhan. Jika hal-hal lain
tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak menggunakan
modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengambangan untuk penjualan saham
biasa jauh lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang
mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat
yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian
yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan
utang.
5) Profitabilitas.
Seringkali pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak
ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan pratis atas
kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel,
Microsoft dan Coca-Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untu membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6) Pajak. Bunga merupakan
beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut
sangat bernilai bagi perusahaanyang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu
makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.
7) Pengendalian. Pengaruh
utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi
struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk mengendalikan
perusaahaan tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham
tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain
pihak, manajemen memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan
perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer
tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil mereka
akan menghadapi risiko pengambilalihan.
BAB II
PENUTUP
3.1 Simpulan
Struktur Modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing
diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Di dalam teori
struktur modal meliputi :
v Teori Pendekatan
Tradisional
v Teori Pendekatan
Modigliani dan Miller
v Teori Trade-Off dalam
Struktur Modal
v Teori Pecking Order
v Teori Asimetri
Informasi dan Signaling
v Teori Keagenan (Agency
Approach)
3.2 Saran
Dari
faktor-faktort tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya.Sehingga dengan
demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen Perusahaan hendaknya
memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut